Nasional Travel

BMKG Imbau Pemudik Waspada Cuaca Ekstrem, Pantau Prakiraan untuk Perjalanan Aman

21
Please log in or register to do it.
Plt Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.(Sumber Foto : mediacenter.riau)

Riuh Online — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan bagi pemudik Lebaran 2025 terkait potensi cuaca ekstrem. Kondisi cuaca ini dapat mengganggu kelancaran serta keselamatan perjalanan, terutama saat puncak arus mudik.

Puncak arus mudik diprediksi terjadi pada H-3 Lebaran atau 28 Maret 2025. Jika kebijakan Work From Anywhere (WFA) diterapkan, estimasi pergerakan pemudik diperkirakan mencapai 12,1 juta orang.

Plt Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menekankan pentingnya kesiapan pemudik dalam menghadapi cuaca yang tidak menentu. Ia mengimbau masyarakat untuk selalu memantau informasi cuaca sebelum berangkat, khususnya bagi pengguna kendaraan pribadi.

“Cuaca merupakan salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi keselamatan perjalanan mudik. Oleh karena itu, kami mengimbau masyarakat untuk selalu memantau informasi cuaca terkini sebelum berangkat,” ujarnya dalam keterangan pers, Senin (24/3).

Data BMKG menunjukkan bahwa pada periode 10–14 Maret 2025, hujan lebat hingga ekstrem terjadi di sejumlah wilayah Indonesia. Curah hujan tertinggi tercatat di Padang Pariaman, Sumatra Barat, dengan 210,0 mm pada 12 Maret 2025.

Selain itu, Kepahiang, Bengkulu, mengalami curah hujan sebesar 153,0 mm. Beberapa wilayah di Jawa Barat juga mencatat curah hujan di atas 100 mm selama beberapa hari berturut-turut.

“Kondisi ini meningkatkan risiko banjir, tanah longsor, dan genangan air, yang dapat berdampak pada perjalanan darat, laut, dan udara,” jelas Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto.

Ia menambahkan bahwa potensi hujan lebat masih berpeluang terjadi di berbagai wilayah. Beberapa daerah yang diprediksi terdampak antara lain Sumatra Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.

Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, serta Papua Selatan juga termasuk dalam daerah yang perlu meningkatkan kewaspadaan. BMKG mencatat bahwa cuaca ekstrem sebelumnya dipicu oleh beberapa gangguan atmosfer.

Sirkulasi siklonik di beberapa perairan Indonesia, aktifnya Madden-Julian Oscillation (MJO), serta gelombang atmosfer Rossby Ekuator dan Kelvin menjadi penyebab utama. Faktor-faktor ini memperkuat pertumbuhan awan hujan dalam sepekan ke depan.

Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menjelaskan bahwa anomali suhu muka laut yang lebih hangat turut berkontribusi. Kondisi ini meningkatkan kandungan uap air di atmosfer, sehingga semakin memperbesar potensi pertumbuhan awan hujan.

“Kami mengingatkan bahwa fenomena ini berpotensi meningkatkan intensitas hujan dalam beberapa hari ke depan. Pemudik yang menggunakan transportasi darat, laut, dan udara perlu terus memperbarui informasi cuaca dari BMKG,” tuturnya.

Penulis : Ygy
Sumber : mediacenter.riau

Muhammadiyah Tetapkan 1 Syawal 1446 Jatuh pada Senin, 31 Maret 2025
Serangan Kelompok Bersenjata di Yahukimo: Enam Guru Tewas, TNI Lakukan Evakuasi

Reactions

0
0
0
0
0
0
Already reacted for this post.

Reactions

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

GIF

CAPTCHA ImageChange Image