How to

ChatGPT vs Gemini: Adu Realisme Hasil Gambar AI Text-to-Image

12
Please log in or register to do it.

Riuh Online — Belakangan ini, media sosial diramaikan dengan kehadiran gambar-gambar realistis yang dihasilkan dari teknologi AI berbasis text-to-image. Gambar-gambar buatan ini ramai dibagikan warganet di berbagai platform seperti Instagram, Facebook, dan X (sebelumnya Twitter). Dua tools yang paling sering digunakan adalah ChatGPT dari OpenAI dan Gemini milik Google.

Cukup banyak hasil gambar yang tampak nyaris menyerupai foto sungguhan. Detail seperti ekspresi wajah, warna kulit, kerutan, hingga efek cahaya terlihat nyata, seakan diambil langsung dari kamera digital. Bahkan dalam beberapa foto, nyaris tak terlihat elemen khas AI atau yang dikenal dengan “AI vibe”.

Untuk menguji realisme visual tersebut, tim KompasTekno mencoba langsung dua platform populer, yakni ChatGPT dan Google Gemini. Dalam pengujian ini, digunakan lima sampel dari masing-masing platform sebagai bahan perbandingan. Hasilnya menunjukkan karakteristik dan keunggulan yang berbeda dari keduanya.

Hasil Gambar dari ChatGPT

Saat menggunakan ChatGPT untuk menghasilkan gambar, pengguna cukup memasukkan deskripsi teks (prompt) yang rinci. Hasilnya menunjukkan kualitas gambar dengan pencahayaan kuat, kontras tinggi, serta efek bokeh yang memperkuat kesan realistis. ChatGPT juga mampu mematuhi prinsip dasar fotografi, seperti menempatkan objek utama dengan fokus tajam dan latar belakang yang sedikit buram.

Selain itu, perpaduan elemen seperti warna, bayangan, hingga efek minyak di wajah semakin memperkuat kesan gambar seperti nyata. Namun, terdapat beberapa kekurangan yang cukup mencolok. “Beberapa pose tampak kaku, warna terlalu mencolok, dan gambar terasa kurang kreatif,”

Postur tubuh kadang tidak proporsional, dan ekspresi wajah terkesan hampa. ChatGPT cenderung menghasilkan gambar dengan sudut pandang dan komposisi yang sama, meski prompt diulang. Bahkan saat mencoba membuka percakapan baru (new chat), hasil visual yang diberikan tetap identik dan minim inovasi gaya.

Hasil Gambar dari Google Gemini

Sementara itu, hasil dari Google Gemini dinilai lebih ekspresif dan kreatif. Gemini tidak menampilkan detail yang terlalu tajam seperti ChatGPT, tetapi justru membuat gambar terasa lebih natural dan “manusiawi”. Gambar yang dihasilkan tampak seperti hasil jepretan ponsel dalam kondisi nyata.

Gemini memberikan variasi gaya, pose, hingga sudut pengambilan yang berbeda-beda di tiap prompt. “Gemini mampu menyajikan lima gambar dengan karakter dan lokasi berbeda, serta senyuman yang tidak kaku”. Penggunaan medium close-up hingga full body shot memperkuat kesan dinamis dalam gambar.

Namun, Gemini juga tidak luput dari kelemahan. Pada satu sampel foto konser, gambar terlihat terlalu sempurna—terlalu jernih dan bebas dari noise—sehingga tampak seperti hasil rekayasa digital. Padahal, dalam kondisi nyata, pemotretan konser umumnya sulit karena pencahayaan minim dan potensi munculnya bintik (noise) sangat tinggi.

Cara Membuat Gambar AI yang Realistis

Untuk menghasilkan gambar AI realistis, kunci utamanya terletak pada penggunaan prompt teks yang sangat detail. Semakin rinci deskripsinya, semakin baik hasil gambar yang akan dibuat. Bahkan dengan prompt yang sama, tools seperti ChatGPT dan Gemini bisa memberikan hasil visual yang berbeda.

Berikut salah satu contoh prompt yang direkomendasikan oleh KompasTekno dan bisa langsung dicoba:

“Buat gambar yang sangat realistis seorang wanita muda Indonesia berusia 20-an, yang memiliki tinggi badan 155 cm dengan bobot sekitar 54 kg… (hingga deskripsi lengkap seperti konser, ekspresi, lighting, pakaian, hingga kamera dan sudut pengambilan).”

Prompt tersebut dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan dan selera visual masing-masing pengguna. Yang penting, pengguna tetap bijak dalam menggunakan teknologi ini. “Jangan gunakan gambar AI untuk tindakan penipuan, impersonasi, penyebaran hoaks, atau konten yang melanggar hukum,” imbau KompasTekno.

Sebagai tambahan, mayoritas gambar hasil AI biasanya menyertakan watermark atau tanda khusus yang menunjukkan bahwa gambar merupakan buatan mesin. Ada baiknya pula saat mengunggah gambar ke media sosial, pengguna mencantumkan keterangan bahwa gambar tersebut hasil olahan AI. Ini penting sebagai bentuk transparansi informasi visual di ruang digital.

Penulis : Ygy

Israel Diprediksi Tak Mampu Bertahan Lama Jika Perang Jangka Panjang dengan Iran
PWNU Riau Lakukan Kunjungan Kerja ke PCNU Indragiri Hulu

Reactions

0
0
0
0
0
0
Already reacted for this post.

Reactions

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

GIF

CAPTCHA ImageChange Image