Penayangan Film & Diskusi “Sinarasi Jilid 3” Bongkar Krisis Ekologi dan Perlawanan Masyarakat Adat
Riuh Online — Pekanbaru, 29 Juni 2025. Gajah, lebah, dan manusia kini berebut ruang hidup terakhir di hutan Riau. Fakta ini mengemuka dalam pemutaran film dan diskusi bertajuk “Sinarasi Jilid 3” yang digelar di Sy.Wen Coffee, menampilkan dua film dokumenter bertema lingkungan: Pulang dan Menjulang Sialang.
Film Pulang mengisahkan tragedi gajah Sumatera yang terusir dari habitatnya akibat pembabatan hutan. Sementara Menjulang Sialang merekam perjuangan masyarakat adat Rantau Baru mempertahankan pohon-pohon sialang—sumber madu dan makna hidup—di tengah tekanan deforestasi.
Dua narasumber muda, Rahmi Carolina (Forum Konservasi Gajah Indonesia) dan Desti (Ara Sati Hakiki), mengajak audiens memahami bahwa krisis ini bukan sekadar isu lingkungan, tapi soal ketimpangan struktural. “Masalah utamanya adalah penguasaan tanah yang timpang. Izin usaha skala besar diberikan untuk jangka waktu lama, sementara masyarakat lokal makin tersingkir,” ujar Desti.
Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) disebut sebagai satu-satunya ruang hidup tersisa—bagi gajah, lebah, dan masyarakat. Tapi kini ruang itu pun mulai dikapling oleh industri sawit dan tambang ilegal. “Jangan sampai gajah terakhir di Riau benar-benar punah. Kita sudah kehilangan gajah di Riau. TNTN harus diselamatkan,” tegasnya.
Diskusi ditutup dengan seruan bersama: hutan bukan sekadar komoditas. Ia adalah ruang hidup, ruang belajar, dan ruang bertumbuh—yang tak bisa digantikan. Untuk bumi, untuk masa depan, dan untuk kita sendiri.
Penulis: AS
