Nasional

Pacu Jalur Viral di TikTok, Tradisi Riau Mendunia lewat Tren “Aura Farming”

25
Please log in or register to do it.

Riuh Online — Festival Pacu Jalur, agenda tahunan Kharisma Event Nusantara (KEN) yang digelar setiap Agustus di Tepian Narosa, Taluk Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau, kini menjadi fenomena global. Tradisi mendayung perahu panjang khas Riau ini mendadak viral di platform TikTok, memicu tren “Aura Farming” yang menyedot perhatian netizen internasional.

Tren “Aura Farming”, menurut situs Know Your Meme, mulai merebak sejak September 2024. Tren ini menggambarkan aksi atau gaya seseorang yang terlihat keren, percaya diri, dan berkarisma—layaknya tokoh utama dalam sebuah adegan dramatis.

Dalam konteks Pacu Jalur, tren ini menghadirkan klip bocah-bocah pendayung dengan gerakan khas memutar tangan dan mengayun untuk menjaga keseimbangan di atas perahu yang melaju cepat. Video-video ini diiringi lagu “Young Black & Rich” karya Melly Mike, memperkuat citra “cool” yang memikat jutaan pengguna TikTok.

Viral secara Global, Lestarikan Budaya Lokal

Viralnya Pacu Jalur melalui tren “Aura Farming” dianggap sebagai momentum penting untuk memperkenalkan warisan budaya Indonesia ke kancah global. Kreativitas generasi muda menjadi jembatan antara tradisi dan teknologi, sekaligus menghidupkan rasa bangga masyarakat terhadap budaya lokal.

Pada 2022, ilustrasi Pacu Jalur karya seniman Wastana Haikal bahkan dipilih Google sebagai Google Doodle untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus, menandai pengakuan internasional terhadap budaya ini.

“Ini membuktikan bahwa kearifan lokal kita memiliki daya tarik universal dan mampu bersaing di panggung global. Fenomena ini juga menjadi momentum emas untuk semakin meningkatkan kunjungan wisatawan ke Riau dan Kuantan Singingi, sekaligus menumbuhkan kebanggaan masyarakat lokal terhadap budayanya sendiri,”
ujar Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Haji Roni Rakhmat, seperti dikutip dari mediacenter.riau.go.id, Rabu (2/7/2025).

Dari Transportasi ke Warisan Budaya Takbenda

Secara etimologi, “pacu” berarti perlombaan dan “jalur” merujuk pada perahu atau sampan. Awalnya, jalur digunakan masyarakat sebagai sarana transportasi air menyusuri Sungai Batang Kuantan, mengangkut hasil bumi dan penumpang sebelum transportasi darat berkembang.

“Dulu, perahu ini digunakan untuk membawa 40-60 orang dan hasil bumi seperti buah-buahan lokal dan tebu. Karena transportasi darat belum berkembang pada masa itu, jalur tersebut sebenarnya digunakan sebagai sarana transportasi penting bagi penduduk desa,” jelas Haji Roni, dikutip dari mediacenter.riau.go.id.

Dengan waktu, tradisi ini berkembang menjadi perlombaan. Perahu jalur yang panjangnya bisa mencapai 40 meter, dihias ornamen seperti kepala ular, buaya, atau harimau, dan didayung oleh 50–60 orang. Perahu dibuat secara swadaya oleh masyarakat, dengan biaya pembuatan mencapai Rp100 juta per unit, menunjukkan semangat gotong royong yang kuat.

Pacu Jalur dimulai dengan letupan meriam karbit sebanyak tiga kali, sebagai aba-aba perlombaan. Di dalam perahu, ada beberapa peran penting: tukang concang (pemberi aba-aba), tukang pinggang (juru mudi), tukang tari, dan tukang onjay.

Masyarakat setempat juga meyakini peran olah batin dari pawang sangat memengaruhi hasil lomba, melalui ritual pemilihan kayu hingga doa khusus saat perlombaan.

Diakui Pemerintah dan Diperkuat Hadiah Menggiurkan

Pacu Jalur telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Nasional oleh Kemendikbudristek dan dijadikan agenda resmi KEN oleh Kemenparekraf. Awalnya, Pacu Jalur digelar pada masa kolonial Belanda untuk memperingati hari lahir Ratu Wilhelmina pada 31 Agustus. Setelah kemerdekaan, perlombaan ini menjadi bagian dari perayaan Hari Kemerdekaan RI dan hari besar Islam seperti Maulid Nabi atau Idulfitri.

Pada 2024, Pacu Jalur diselenggarakan pada 21–25 Agustus, diikuti oleh 225 peserta jalur. Pemerintah Provinsi Riau memberikan bantuan senilai Rp575 juta:

  • Juara 1: Rp70.000.000
  • Juara 2: Rp60.000.000
  • Juara 3: Rp50.000.000
  • Juara 4: Rp40.000.000
  • Juara 5: Rp30.000.000
  • Juara 6: Rp20.000.000
  • Juara 7–15: Rp10.000.000
  • Kontribusi jalur: Rp1.000.000 x 215 peserta = Rp215.000.000

“Sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya tersebut, pemerintah Indonesia mendukung Festival Pacu Jalur diadakan setiap tahun di Kuantan Singingi dan mempromosikan pentingnya festival tersebut kepada masyarakat luas baik nasional maupun internasional,” ungkap Haji Roni, dikutip dari mediacenter.riau.go.id.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita riuh.online WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vb7HIzq7IUYcp9D91b2Y . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Penulis : Ygy

Tarian Anak Pacu Jalur dari Kuantan Singingi Viral hingga Mancanegara, Jadi Selebrasi Pemain Sepak Bola
Legislator Karmila Sari Soroti Peran Akademisi Pada Peningkatan Ekonomi Riau di Pelantikan Rektor UIR

Reactions

0
0
0
0
0
0
Already reacted for this post.

Reactions

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

GIF

CAPTCHA ImageChange Image